Guruku...

Pak Mbanyol…….begitu kerap teman-temanku memanggilnya. Tapi itulah salah satu kelebihannya, meskipun dipanggil dengan sebutan seperti itu beliau tidak marah. Cara mengajarnya yang lucu dan santai membuat teman-temanku menyukainya dan sampai mempunyai sebutan seperti itu untuknya.

Ahmad Sugito, itulah nama aslinya…Dia adalah guru Matematikaku sewaktu aku duduk dikelas dua SMP. Dia merupakan sosok guru yang istimewa dimata kami. Jujur aku sangat salut dengan kecerdasannya,terutama dibidang matematika. Perhatuannya terhadap murid-murid memberi tempt tersendiri dihati kami untuknya. Aku sungguh menyesal atas perbuatanku dulu terhadap beliau sewaktu beliau mengajarku. Dan aku sungguh menyesal lagi karena aku tidak bisa megungkapkan penyesalan itu kepadanya. Sungguh, aku ingin menangis dan mencium tangannya sebagai simbol penyesalan dan rasa hormatku kepadanya. Tapi aku tahu, itu belumlahlah cukup untuk menebus atas semua yang pernah beliau berikan kepadaku. Mungkin hanya beberapa bait puisi sederhana ini yang dapat aku suguhkan untuk menghormatimu guru…..

Kapur putih mesti berhamburan dimukamu
Mengatakan ini sarapan untukmu guru
Suaramu parau bagai membelah langit biru
Tetapi wajah sayup tetap terpencar
Walau petang telah menghadang.

Terik siang bersama keringat
Seperti teman sehari.
Hujan deras mesti di belah
Memperjuangkan anak didikmu

Engkau bekerja tanpa upah
Engkau berjalan didepan jurang
Membukakan jalan dirumput belantara
Menyebarkan ilmu kepada kaum awam.

Kadang matahari tertawa ria,
Untuk apa kau berletih tuan?
Korupsi kian berjalan… berjalan dan berjalan
Tanpa terhenti!

Guruku jangan engkau menjawab
Negeriku engkau ubahkan
Hingga hayatmu selamany

Perjuangan-Mu kukenang sebagai: Pahlawan Tanpa Tanda Jasa

Guru merupakan pahlawan Tanpa Tanda Jasa. Kata itu sangat bermakna dan begitu luas artinya bagi kita. Seseorang tidak akan mendapat kedudukan yang lebih tinggi tanpa memperoleh penbgetahuan dari sang GURU. Semoga guru dimasa yang akan datang bisa lebih sejahtera lagi.



Catatan kelas x

Dulu waktu aku memasuki kelas baruku,yaitu kelas X-1,ku terasa asing,bersama teman-teman yang belum aku kenal menambah ketidaknyamananku.namun hal itu semua pudar begitu aku dan teman-teman baruku saling mengenal.Berawal dari Arief.Iya,dialah anak yang pertama aku kenal waktu masuk X-1,dan bersama dialah aku duduk sebangku.
Hari demi haripun berlalu,tak terasa sudah tidak sebentar aku menghuni ruangan kelas X-1.Berbagai pengalaman dan peristiwa silih berganti menemaniku hari-hariku. Mulai dari kumpul bersama dengan teman-teman,saling ejek teman dalam kelas,dihukum guru dan banyak lagi yang takan kulupakan.Samapai terjadi peristiwa yang sangat mengejutkan,salah satu teman kami telah terlebih dulu meninggalkan kami semua.Dia merupakan sosok teman yang baik dimata kami.Hari-hari yang indah takan mudah untuk kami lupakan.namun itu merupakn kehendak Allah SWT.Kami hanya bisa berdoa semoga dia diterima dengan tenang di sisinya.Allahummaghfirlaha
warhamha wa’afihi wa’fuanha…….Amin…..
Keluar dari itu semua aku berusaha keras dan sungguh-sungguh,akhirnya aku naik kelas dan masuk jurusan yang aku inginkan.Pertama masuk kelas aku merasakan hal yang sama,seperti waktu aku masuk kelas X.Waktu pertama masuk aku merasa tidak nyaman dan rasanya aku ingin kembali ke kelas X bersama teman-temanku dulu.
Namun inilah proses social,setelah seminggu aku bersama teman sekelasku ikatan pertemananpun mulai tumbuh.bersama-sama anak XI Ia 1 aku memiliki lebih banyak teman.Dan aku sadar inilah kelasku sekarang.Kelas yang harus kami jaga,rawat dan menjadikanya nomer 1.Walaupun begitu aku tak akan melupakan kelas dan teman-temanku yang dulu,teman-teman yang asyik dan gokil abiz,sepuluh satu………
Dan kini aku berharap kelasku yang sekarang menjadi kelas yang kompak,unggul,kreatif,inovatif,dan sebagainya….